Pagi Inspirasi Bersama Greg Hambali Penemu Aglaonema Bernilai Ratusan Juta
![]() |
Bersama Prof Greg Garnadi Hambali dalam sebuah acara di Tv Swasta |
Gregori Granadi Hambali biasa disapa Pak Greg, lahir di Sukabumi 67 tahun silam, berperawakan
kecil tapi gesit. Rambutnya hampir memutih semua. Mengenakan baju batik
bermotif kupu-kupu, malam itu, Ia tampil sebagai narasumber dalam sebuah acara
talkshow di sebuah TV swasta di kawasan Kedoya Jakarta Barat.
Greg
Hambali, biasa juga disebut Bapak Aglaonema Indonesia. Sudah melahirkan ratusan
varietas baru hasil penelitian yang dilakukanya selama ini. Salah satu temuannya adalah jenis Aglaonema bernama the Pride of
Sumatera yang cantik dan memukau banyak pecinta tanaman hias di Indonesia
bahkan mancanegara.
Aglaonema
atau Sri Rejeki adalah Sebuah Tanaman hias populer dari suku talas-talasan atau
araceae yang memiliki 30 spesies. dari
banyak spesies ini Professor Greg melakukan percobaan mengawinkan secara silang
berbagai jenis Aglaonema yang kemudian berhasil melahirkan satu spesies
Aglaonema yang unik dan menawan. Aglaonema temuannya menjadi salah satu tanaman
hias primadona.
Namanya
sudah tidak asing di dunia penelitian dan pengembangan di Indonesia, khususnya
di IPB. Bagaimana tidak, lewat tangan
dinginnya, Greg Granadi Hambali berhasil menyilangkan ratusan varietas
tumbuhan. Antara lain Salak, Jagung, Palem dan Caladine. Yang paling
spektakuler adalah Aglonema jenis Harlequin. Konon kabarnya, jenis ini berhasil
terjual dengan harga 600 juta per pohon dalam sebuah pelelangan yang dilakukan pada
tahun 2006.
![]() |
Pak Greg menunjukkan sebuah pohon salak Mawar |
Suami dari
Indrijani Hambali ini juga dikenal sebagai ‘penghulu’ tanaman hias alias ‘mak
Comblang’ tanaman. Mengingat pekerjaan sehari-harinya yang bergelut dalam dunia
kawin mawin tanaman. Mengawinsilangkan berbagai jenis bunga dan tanaman.
Keahlian
mengawinsilangkan tanaman sudah terlihat sejak ia duduk di bangku Sekolah
Menengah Pertama. Greg muda telah berhasil menyilangkan dua jenis pepaya yaitu
pepaya burung dan pepaya semangka (berbentuk bulat). Setelah masuk Sekolah
menengah Umum, penelitian terus
dilakukannya. Pelajaran Kimia dan Biologi adalah pelajaran favoritnya, kala
itu.
Pria yang
gemar keluar masuk hutan ini mencari bibit tanaman memberikan pengalaman yang
berharga yang mebantunya dalam dunia akademik. Ketertarikannya pada dunia
persilangan tanaman mengantarkannya masuk ke Institut pertanian Bogor (IPB) jurusan
Pemuliaan Tanaman. Belum selesai kuliah, pada tahun 1973, hanya bermodal ijazah
SMA, Ia kemudian direkrut menjadi pegawai oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI). Menariknya lagi, saat masih berstatus mahasiswa IPB (Belum
meraih gelar S1), Greg Muda mendapat tawaran beasiswa dari British Council untuk
melanjutkan studi sebagai Master of Science (MSc) bidang Plasma Nutfah di Universitas
Birmingham, Inggris.
Sekembalinya
ke Indonesia, Greg lebih lebih giat melakukan penelitian. Atas bantuan temannya
dari Jepang bernama Yatazawa, dia membeli sebuah lahan seluas 1,5 hektar di
daerah Baranangsiang untuk dijadikan lahan percobaan. di sinilah ditanam dan
dikembangkan berbagai jenis tanaman langka dari berbagai daerah di Indonesia
bahkan dari luar negeri.
![]() |
Pohon Palem Gajah Putih Thailand di tanam di area ini |
Kerja
kerasnya kini membuahkan hasil antara lain berhasil menyilangkan salak yang
diberi nama salak Sidempon dan salak Mawar. Selain itu, Ia bisa mengembangkan lima
jenis Aglaonema yang berdaya jual tinggi dikenal dengan sebutan The Big
five Aglaonema yaitu Tiara, Widuri, Hot Lady, Harlequin dan Pride of Sumatera. Semuanya dihargai per
lembar daunnya. Misalnya Aglaonema Tiara, yang bisa bernilai 3 juta per
lembarnya.
Pada tahun
2010 pemerintah Indonesia mengganjarnya degan penghargaan Anugerah Kekayaan
Intelektual Luar Biasa (AKIL). Atas jasanya dalam penelitian dan pengembangan
holtikulutura di Indonesia.
Keberhasilannya
saat ini bukan tanpa hambatan dan kendala.
Dia menceritakan, waktu masih muda, Ia melakukan penelitian di sebuah
daerah pedalaman Bogor, Nah, saat sedang asyik mencari sebuah fosil di hutan, tiba-tiba
datang seorang anak kecil. Melihat Pak Greg membawa golok yang diselipkan di
pingganngya, anak kecil ini kemudian lari sambil berteriak ‘maling’. Sontak
warga yang mendengar teriakan itu kemudian berhamburan berlari menghampiri Greg
dengan posisi hendak memukul. Tapi karena kecerdasannya, Greg memutuskan untuk
tidak lari, dn berusaha menjelaskan duduk perkaranya. akhirnya kesalahfahaman itu
bisa diatasi. dengan logat sunda, Greg berusaha menjelaskan. “Seandainya saya
lari saat itu, mungkin ceritanya lain, saya bisa saja habis (mati),” katanya.
*****
Di rumahnya
yang asri di Komplek Baranangsiang Indah, Bogor (Senin,1/2/2016). Saya disambut hangat
oleh Pak Greg. Kali ini pun Ia Mengenakan baju batik. Cuma waktu itu Pak Greg bukan ingin mengisi
sebuah acara talkshow tapi hendak pergi ke kebunnya. lengkap dengan sepatu
boatnya, Ia mengendarai sepeda motor bebek. Masih gesit dan lincah. Saya mengikutinya
dari belakang. kami akan diajak untuk melihat lahan tempatnya melakukan penelitian
dan pengembangan holtikultura. Jarak antara lahan tersebut dengan rumahnya
kira-kira 700 meter.
![]() |
Di samping rumahnya ditanam berbagai jenis tanaman diantaranya Aglaonema |
Sekitar 5
menit perjalanan, kami akhirnya sampai di sebuah Rumah kecil (Saung). Yang
berada di tengah lahan luas dengan berbagai jenis pohon. Tempat ini merupakan
tempat tinggal penjaga kebun. juga menjadi tempat istirahat setelah lelah
bekerja. Luas lahan ini sekitar 1,5 hektar. Ada berbagai jenis tanaman yang
ditanam di area ini. beberapa diantaranya tanaman langka yang khusus
didatangkan dari luar daerah bahkan dari luar negeri seperti Thailand, Filipina
dan Peru. Tanaman-tanaman itu tumbuh subur dan berbuah dengan baik. Ada
berbagai jenis durian dan salak.
![]() |
Menikmati buah cupa cupa asal Peru, rasanya seperti mangga tanpa rasa asem |
Sekarang Pak
Greg sedang mengembangkan jenis salak baru bernama salak Teteh, turunan dari
salak mawar. pohon salak ini Salak memiliki sedikit duri di pelepah dan
batangnya, meskipun buahnya masih kecil dan belum mateng tapi rasanya tidak
sepet. keunggulan salak ini selain rasanya yang manis, juga bisa di panen kapan
saja. Tidak seperti salak pondoh dan lainnya yang harus menunggu musim tertentu
untuk bisa dipanen. Hanya saja menurut Pak Greg, salak ini masih perlu beberapa
tahun penelitian untuk mendapatkan kualitas yang lebih baik dan siap diproduksi
massal. selain salak Mawar dan Teteh, disini juga da Salak Merah yang
didatangkan dari Sumatera.
Dalam
kesempatan lain, Pak Greg prihatin dengan kondisi saat ini, banyak pembalakan
dan pembakaran hutan dimana-mana dan rusaknya wilayah cagar alam. Menurutnya, Hal
ini akan mengancam kelestarian flora dan fauna dan ekosistem dalamnya. Kalau
terus dibiarkan oleh pemerintah maka indonesia akan masuk darurat lingkungan
hidup. "ekosistem akan terganggu jika salah satu unit pendukungnya (hutan)
rusak," katanya.
Dia juga
menyayangkan banyak cagar alam di Indoneaia yang tidak terlindungi dari desakan
pemukiman warga. Di Bukit barisan contohnya. “Di sana masyarakat mulai masuk ke
wilayah Cagar alam dan memabngun pemukiman. Peran pemerintah sangat penting dalam
melindungi cagar alam, tidak sekedar wacana di seminar-seminar,” tegasnya.
Pak Greg
tidak sekedar berwacana. Di atas lahan
seluas 1,5 hektar Dia sulap menjadi laoratorium alam. Tempat penelitian
sekaligus pengembangan budidaya buah dan tanaman. Di lahannya ini pula ditanam
berbagai jenis buah dan tanaman seperti Dubang (durian abang), Duren Tapong
Kalimantan, Durian Lahong dan salak Selinduh Kalimantan, Pinang
Papua, Palem Gajah Putih Thailand, selain tanaman, di sana juga ada
penangkaran lebah untuk untuk diambil madunya juga untuk membantu penyerbukan.
![]() |
Melihat penangkaran lebah sebagai serangga penyerbuk dan penghasil madu |
Meskipun
Dia Banyak Bicara, tapi karyanya pun sangat banyak. Saat berdiskusi dengannya,
Satu pertanyaan saya bisa dijawab dengan sepuluh jawaban. Nyerocos wae kata orang Sunda. "Banyak bicara tapi juga banyak
bekerja", terus berkarya, berkarya dan berkarya,” ujarnya.
Ini Salah
satu bentuk upaya anak manusia yang kebetulan terlahir sebagai warga negara
Indonesia, tergerak bergerak untuk mengambil peran melestarikan lingkungan
hidup, sesuatu yang menjadi visi hidupnya selama ini berguna dan bermamfaat
untuk orang banyak. “kita harus menciptakan surga di dunia ini, kalaupun nanti
mendapat surga lagi, itu lebih baik lagi,” ungkapnya.
![]() |
Memberikan Buku 'ASI' sebagai kenang-kenangan kunjungan kami hari itu, Bogor, Senin (1/2/2016) |
(Mari bersinergi membangun negeri - kunjungi website kami di www.sinergibangunnegeri.org dan www.indonesiagoblog.com)
Komentar
Posting Komentar