Ibu yang Perkasa!!
![]() |
Ibunda masih sempat mengantar ke Bandara 4 bulan sebelum wafat |
Ini hanya sekedar
berbagi cerita, karena hari ini hari Ibu, saya teringat dengan Ibu saya. Ibu
yang menjadi Inspirasi hidup saya. Kenalkan, nama saya Hatta, lahir pada 25 Mei 1979 di Palleko, sebuah desa
kecil di selatan Makasar (dulu Ujung Pandang). Jarak antara desa saya dengan kota Makassar, sekitar
60-70 km, satu setengah jam waktu tempuh kalau pakai motor. Saya lahir dari seorang Ibu yang tangguh dan
perkasa. Bayangkan, Ibu ini memiliki 10 orang anak. KB (Keluarga Berencana
Besar). Hanya ibu yang hebat yang bisa seperti itu, bukan saja karena Ia mampu
melahirkan anak-anaknya tapi juga karena bisa membesarkannya dengan baik.
Memberikan pendidikan dan penghidupan yang layak anak-anaknya, kalau ada yang
bilang Guru, adalah pahlawan tanpa tanda jasa, tapi menurut saya pribadi, Ibu
lah pahlawan saya, Jasanya tiada tara…..
Ibu pahlawan Saya, bagaimana tidak, peran dan jasanya begitu
besar yang tidak sesiapapun anak-anaknya yang bisa membalas, bahkan dengan harta
segunung.
Saya mencoba
mengumpulkan ingatan-ingatan yang berserakan tentang Ibu saya dan ceritanya
tentang saya. Yang saya masih ingat
adalah tentang cerita kenapa saya dinamakan Hatta …..ini sepenggal ceritanya,
Saya sembilan
bersaudara, katanya sih ada sepuluh, Cuma yang satu meninggal saat dilahirkan. kata
Ibu saya, yang meninggal ini kakak saya,
lahir tanpa batok kepala (hanya ada separuh), akibat ibu saya yang terlalu
banyak mengkonsumsi obat-obatan. Efeknya ke janin yang dikandungnya.
Jarak antara anak satu
dengan anak lainnya tidak terlalu jauh….bisa dibayangkan, bagaimana repotnya ngurus anak-anaknya yang hampir satu
keseblasan sepak bola….hehehe, gak kebayang lagi bagaimana beratnya proses
persalinannya. Kalau hanya dua anak mungkin tidak seberapa berat, gimana kalau
melahirkan 10 anak . sebuah perjuangan
hidup mati pastinya..
Saya memang tidak
pernah melahirkan dan tidak tahu rasanya melahirkan, Cuma saya pernah menemani
dan melihat istri saya melahirkan anak-anak kami. Hebatnya, melihat dengan mata
kepala loh!! Saya rasa (pake rasa nih ya), tidak semua suami mampu melihat
persalinan istrinya langsung. Ini juga bisa dihitung dengan jari,,hehhehe, Jadi
saya bisa merasakan (empathy) bagaimana
beratnya melahirkan, itu antara hidup dan mati. Bahkan yang pernah membaca
sebuah artikel di tabloid-nakita.com,
disana tertulis bahwa sakitnya melahirkan itu seperti 20 tulang patah secara
bersamaan. Ngeri bukan? Wajar saja,
Semenjak melahirkan anak yang kedua, istri saya bilang sudah give up, trauma.
![]() |
Ilustrasi: Perjuangan Melahirkan,antara hidup dan mati (tabloid-nikita.com) |
Ibu saya hanya ibu
rumah tangga biasa dengan bisnis rumahan kecil-kecilan dari mulai jualan es
mambo sampai kue-kue kering. Semunay dilakonin, sepertinya Ibu saya menyadari, kalau tidak begitu, bagaimana membiayai
anak-anaknya jadi apapun dilakukannya untuk ikut membantu perekonomian
keluarga. Tidak bisa mengandalkan gaji Ayah yang pas-pasan, sebagai guru biasa.
Cerita ibu saya ,
tadinya saya mau diberi nama Jaya bukan Hatta.
Alasannya, kata Ibu saya, saya dilahirkan waktu ekonomi sudah membaik,
sedang JAYA. Seingat saya, dulu saya punya papan tennis meja. Tennis meja
satu-satunya di kampung saya. Karena satu-satunya, Rumah saya sering menjadi
tempat berkumpul sembari bermain.
Asiknya, Selepas
bermain tennis meja, kami biasanya melanjutkan menonton video. Alat ini pun
masih langka di daerah kami. Dulu, videonya masih menggunakan kaset pita
selebar batu bata. Belum ada vcd apalagi dvd. Lagi-lagi, rumah saya menjadi
tempat kumpul dan nobar. Ibu saya tidak pernah melarang mereka berkumpul di
rumah, semua bebas datang asal tidak berisik.
Akhirnya nama saya bukan
Jaya, tapi Hatta. saya tidak pernah ke ibu saya soal itu, saya justru tahu dari
cerita ayah, katanya, saya diberi nama
Hatta karena waktu kelahiran saya bertepatan dengan meninggalnya Mantan Wakil Presiden pertama,
Moh Hatta.mungkin ada doa agar saya bisa menjadi penerus spirit Moh hatta, ayah saya idola dengan Bung Hatta. udah gitu Kebeteulan, inisialnya H, ya sudah, jadilah nama saya Hatta. Ayah
saya terobsesi memberikan nama
anak-anaknya dengan unik.
![]() |
Idola Ayah saya,Moh Hatta |
Semua anak-anaknya semua berinisial H, dari Sembilan nama anaknya, semua berawalan
H. Coba saya urut satu persatu dari
mulai sulung sampai bungsu; Husein,
Hamka, Hamsinah, Herlina,Hamzah, Haris, hasnah, Hatta, Hartinah. Nama unik sarat makna
![]() |
Merekalah Pahlawan dan Inspirator saya |
Namun sekarang Beliau
telah tiada, beberapa bulan lalu meninggalkan kami semua pada tanggal 7/3/2015.
Meninggalkan jejak yang sangat berkesan bagi kami anaknya-anaknya. Sebagai
penghormatan terakhir, saya masih bisa
mengantarkan jasad ibu saya ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Dia telah Menyusul ayah kami yang juga sudah lama
menndahului kami. Meski begitu, segala petuah dan nasihat masih selalu teringat
dan terngiang di benak saya. 4 bulan sebelum Ibu saya meninggal saya masih sempat
pulang kampung menemuinya. Itu hari terakhir saya bertemu. Kalau pulang kampung
saya selalu tidur di dekatnya, ngobrol dan memijit kakinya. Saya yang paling akrab
dengannya dibanding anak anaknya yang lain.
Ia akan selalu hidup
dalam pikiran saya, menjadi inspirasi dan pahlawan tanpa tanda jasa. “kamu pulang saja, ibu tidak berharap kamu
bawa oleh-oleh, yang penting kamu bisa pulang bersama keluargamu ke sini
(makasar),” kata Ibu saya, ucapan terakhir ibu saya sebelum Dia berpulang ke
rahmatullah. Kasih Ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang gala….itu yang
saya rasakan. Maafkan kami anakmu yang belum bisa menyenangkan mu, dan membalas
jasa-jasamu. Untuk hari ini, kata orang Hari Ibu, bukan selamat yang akan saya
ucapkan, tapi sebuah kiriman do’a dan al
fatihah kepadanya semoga di alam sana, Ibu bisa mendapat tempat terbaik karena saya
percaya semua amalan manusia ketika sudah meninggal telah tertutup kecuali doa
dari anak-anaknya yang masih hidup, Amin ya Rabbi al alamin.
Alm Ibunya sungguh luar biasa Mas Hatta.
BalasHapusSemoga kekuatannya bisa menginspirasi kaum perempuan di mana pun berada.
Semoga alm Ibunda mendapat tempat yang layak di sisi Nya amin.
ibu yang hebat...tak mudah membesarkan anak, apalagi 10 anak sekaligus.
BalasHapus