Tarif KRL Jabodetabek Perlukah dinaikkan?


Sebenarnya saya bukan pengguna rutin KRL. Hanya sesekali saja kalau kebetulan lagi ada kegiatan di tempat jauh dan membutuhkan kecepatan.  Contohnya kemarin waktu saya mau ke Plaza Bintaro. Saya mencoba naik dari stasiun Palmerah ke stasiun Pondok Ranji. Dari sana terus naik angkot ke Plaza Bintaro.

Pas tiba di stasiun Palmerah, ada pemandangan menarik, sebuah bentangan spanduk yang bertuliskan informasi bahwa bulan oktober nanti tarif KRL bakal naik 1000 perak. Hitungannya per 1-25 km pertama yang tadinya 2000 nanti berubah menjadi 3000. Tarif km selanjutnya masih sama, 1000 perak.


"Perlu gak sih tarif KRL naik?"

Pertama, melihat realita yang baru saja saya lihat sepanjang perjalanan saya menuju pondok Ranji, saya kira PT.KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) kalau mau menaikkan tarif maka konsekuensinya harus  berbenah diri dalam segala hal dimulai dari yang terkecil saja dahulu, baru proyek besar seperti kata Orang pintar, "Revitalisasi" sarana baik menyangkut kereta, stasiun dan fasum lainnya.

Sederhana saja, tempat duduk di beberapa stasiun yang minim sekali. Contohnya di stasiun Palmerah. Saya lihat cuma ada satu dua tempat duduk yang disediakan di stasiun Palmerah. Akibatnya saya harus ngampar (bahasa sundanya, lesehan di lantai)peron bersama beberapa penumpang lainnya, ada bocah, remaja dan  emak-emak. Meski dengan resiko celana saya kotor. Tapi gak apa-apa daripada betis saya varises karena kebanyakan berdiri, lebih mahal bro ongkos rumah sakitnya. Tapi bagusnya, di stasiun Pondok Ranji sudah tersedia kursi sandar yang memadai meski banyak yang ga tau fungsinya. Seperti gambar ini.
Bocah harus tiduran di lantai 

Kedua, kalau memang KRL mau naik, PT.KCJ harus juga memperhatikan dan membenahi daya tampung kereta yang sudah overload. Hari ini saja contohnya, meski hari libur, kereta yang saya tumpangi masih terap berjubel. "Waduh, bisa varises lagi nih," gerutu dalam hati.  Bayangkan saya  harus berdiri dari stasiun Palmerah hingga stasiun Pondok Ranji. Mau ngampar lagi? Ya Gak segitunya juga kali. Ini yang seharusnya Pekerjaan Rumah yang harus di benahi kalau memang tarif KRL mau dinaikkan.
Masih berjubel di luar rush hour

Kursi sandar di Stasiun Pondok Ranji.lumayan tapi ko gak difungsikan?

Ketiga, masalah klasik tentang jadwal keterlambatan atau penundaan tiba atau pemberangkatan terutama di Stasiun Manggarai sehari-harinya.  Ini kayak  benang kusut  Padahal semua orang sudah tahu permasalahannya, kata orang pintar, Bottle Neck. Kita pun sudah faham bahwa Manggarai adalah pusat persilangan jalur berbagai arah, commuter bahkan kereta dari Jawa pun singgah di sana, tumplek blek dan crowded. Gak usah saya bahas, solusi untuk mengurai masalah itu adalah pembangunan Double-double Track (DDT) alias track susun dua lantai. Inovasi yang diyakini bisa mengurai masalah molornya waktu datang/berangkat Kereta. Kabar baik bagi kita semua, menurut berita yang saya baca, DDT ini sedang tahap realisasi pembangunan dan rampung 2018. Artinya, masih ada waktu satu tahun bersabar.

Yang terakhir menurut saya, Masalah integrasi busway dan KRL yang belum tuntas. Saya ga tau ini tugas PT.KCJ atau PT.TransJakarta atau siapa pun itu yang jelas ini sangat mendesak kalau memang  transportasi publik ingin berpihak ke publik.sehingga saya tidak harus pusing nyambung-nyambung busway kalau mau ke beberapa  stasiun.

Jadi, kalau memang PT.KCJ perlu menaikkan tarif, Go ahead!  Asal  diiringi dengan perbaikan layanan. Saya gak lagi berdiri dan berdesak-desakan di KRL, atau saya gak harus ngampar duduk di lantai stasiun. Saya bisa mencari musolah dan toilet dan klinik dengan mudah di stasiun dan banyak lagi harapan saya. Sebagai pengguna moda transportasi sejuta umat ini.

Oleh karena itu, Saya sadar PT.KCJ memang sedang bekerja keras membenahi dan meningkatkan kualiatas layanan di Jabodetabek. Seperti yang saya denger dan baca kabar beritanya bahwa saat ini PT.KCJ Pada tahun 2016 ini telah membeli 60 unit KRL dari Jepang dimana 30 unit sudah telah tiba di Indonesia dan sebentar lagi akan siap beroperasi, harapannya dengan beroperasinya KRL baru maka penumpukan penumpang baik di stasiun dan penumpang yang berjejal berdesakan di gerbong bisa hilangkan.

Menurut kabar lagi, akan dibangun juga prasarana stasiun berupa perpanjangan peron, pembuatan sejumlah fasilitas disabilitas untuk melengkapi yang sudah ada serta membangun pos kesehatan di beberapa stasiun. Membangun sejumlah fasilitas publik seperti pembangunan toilet dan musolah.


Kalau memang benar seperti itu, maka kenaikan tarif adalah wajar dan diperlukan!.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yoehan Busana Merambah Bisnis Pakaian Segala Usia dan Lapisan Sosial

Perbedaan Artikel, Opini, Feature dan Esai

Dua Kodi Kartika: 4 Kunci Sukses Ika Kartika, Owner Keke Busana Muslim