Diseminasi Kepalangmerahan, Cara PMI Perkenalkan diri Ke Masyarakat


Tak kenal maka tak sayang begitu pepatah lama mengatakan. Terkait Kepalangmerahan pun begitu. Terus terang, pada mulanya saya menganggap PMI hanya Donor darah saja. Anggapan ini tidak salah tapi juga tidak sepenuhnya benar. Ketika saya mengikuti Diseminasi Kepalangmerahan selama dua hari berturut-turut saya jadi faham apa itu Palang Merah, Sejarahnya lahirnya dan mulai berdiri di Indonesia.


Selama dua hari kemarin, 15-16 September 2016, saya mengikuti sebuah agenda kegiatan yang dibuat oleh Palang Merah Indonesia Provinsi DKI Jakarta yang beralamat di Jalan Kramat Raya No.47. Kegiatannya diberi nama "Diseminasi Kepalangmerahan". Diseminasi berasal dari kata bahasa inggris disseminate yang artinya penyebarluasan informasi, misalnya dalam kalimat "The Internet allows us to disseminate information faster" (Merriam-Webster Dictionary).

Diseminasi bisa juga diartikan sebagai penyebarluasan informasi, doktrin, pemikiran, kebijakan, dan hasil penelitian. Diseminasi sebagai "suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi tersebut.

Nah, Diseminasi Kepalangmerahan artinya kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target agar memperoleh informasi tentang kepalangmerahan sehingga timbul kesadaran dari target dan juga memamfaatkan informasi tersebut.

Kegiatan diseminasi yang digelar oleh PMI ini diikuti lebih dari 50 orang peserta dari berbagai elemen pemuda, antara lain dari pemuda Katolik, Pemuda Walubi, FKPPI, Pemuda Muhammadiyah, dan Blogger. Mereka diundang secara khusus mewakili lembaga masing-masing.

Sementara, Pengisi materi Diseminasi berasal dari PMI Pusat dan PMI wilayah serta PMI DKI Jakarta. Ada Ketua PMI pusat bidang Sukarelawan, H. Muhamad Muas SH, Wakil Sekretaris PMI Jakarta Barat,Bapak Ujang Sungkawa, sementara dari PMI DKI Jakarta berturut-turut hadir dr Pierlita Rini,  Rusli STdan Herman,Skom.
Bapak M.Muas (berdiri di podium) sedang memberikan Materi Kepalangmerahan

Pada hari pertama, materi dibawakan oleh Bapak Muas, Bapak Ujang Sungkawa, dr Prilieta, sedangkan hari kedua, dibawakan oleh Mas Rusli dan Bang Herman. Kalau hari pertama, lebih banyak materi tentang sejarah, visi misi, spirit kepalangmerahan, yang sedikit berbeda adalah yang disampaikan oleh dr Pierlita yang khusus membahas  "Donor Darah dan mamfaatnya bagi masyarakat".

Sedangkan, hari kedua lebih banyak praktik melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan. Masing-masing dipandu oleh Mas Rusli dan Bang Herman. Peserta dilatih simulasi cara menangani korban kecelakaan yang mengalami luka atau patah tulang. Yang menarik, kami juga dilatih melakukan CRP/RJP atau nafas bantuan bagi korban yang pingsan.

Banyak ilmu dan skill yang saya dapatkan dalam diseminasi kali ini yang bisa memberikan kesadaran pada saya bahwa Kepalangmerahan adalah kerja mulia. Semenjak dicetuskan pertama kali oleh seorang saudagar berkebangsaan Swiss pada tahun 1863, Palang merah (Red cross) hingga sekarang selalu berada digarda terdepan menolong korban baik akibat peperangan maupun bencana alam tanpa memandang latarbelakang korban, dari suku, agama atau kelompok mana, semua sama, mendapatkan pertolongan.

Spirit ini pun yang mendasari lahirnya Palang Merah Indonesia (PMI) yang resmi berdiri pada 17 September 1945, sebulan setelah Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Keberadaan PMI hingga sekarang diakui sebagai satu-satunya Perhimpunan Nasional  yang diakui. PMI masih terus berjuang di ranah Legilatif untuk menggolkan RUU Lambang. Slogannya adalah satu negara, satu lambang, satu gerakan yakni Palang Merah. Kita tahu saat ini lambang Palang Merah dan Bulan Sabit merah sering disalahgunakan sehingga merugikan para pekerja relawan di lapangan. Ini akibat dari belum disahkannya RUU Lambang Palang Merah hingga saat ini yang masih terganjal oleh kelompok fraksi tertentu di DPR, ironis bukan?

Diluar isu itu, Saya lebih tertarik dengan kalimat yang dilontarkan oleh Bapak Muas, bahwa menjadi sukarelawan PMI adalah karena ibadah kepada Allah. "Kalau mau kaya jangan di PMI" Tegasnya. Ia menambahkan, bahwa  Pengurus Teras dan Sukarelawan PMI tidak di gaji, yang mendapat gaji hanya profesional yang dipekerjakan di PMI itu pun tidak seberapa.

Terus, darimana  PMI membiayai operasionalnya sehari-hari, Kata Bapak Ujang, yaitu berasal dari sumbangan masyarakat dan juga hibah pemerintah. Meskipun begitu, PMI adalah organisasi independen bukan organ pemerintah dan tidak berafiliasi kemana-mana, baik partai atau kelompok tertentu.

"Palang Merah Indonesia (PMI) adalah Perhimpunan Nasional yang didirikan di Indonesia. PMI didirikan dengan tujuan membantu meringankan penderitaan sesama manusia akibat bencana baik alam maupun akibat ulah manusia tanpa membedakan latar belakang korban atas dasar prioritas yang paling membutuhkan pertolongan." Jelasnya

Bapak Ujang yang telah menjadi sukarelawan PMI sejak tahun 1980 sangat menyadari hal ini. Ia menceritakan bagaiamana pahit getirnya saat ditugaskan sebagai relawan ke Papua yang sedang konflik bersenjata. Hanya modal 50 ribu uang operasional setiap hari Ia menjalanai hari-hari dibelantara Papua. Namun dengan semangat pengabdian yang tinggi hinga sekarang, Ia dipercaya menjadi Sekretaris PMI wilayah Jakarta Barat dan melatih Relawan muda.

Hari kedua Diseminasi

Hari kedua kegiatan lebih semarak dan ditanggapi sangat antusias oleh peserta sebab peserta dilibatkan untuk mengalami sendiri bagaiamana jika mendapati korban ditengah jalan, misalnya kecelakaaan, apa yang harus dilakukan step by step.

Ada tiga poin yang dilatih , peserta dilatih cara menangani korban luka dan cara merawat korban patah tulang serta cara memberikan nafas bantuan yang benar. Kami dipandu langsung oleh tenaga terlatih dari PMI Yakni Bapak Rusli dan Bapak Herman.  Kegiatannya berjalan interaktif, peserta diberi kesempatan bertanya seluas-luasnya sehingga kami bisa memahami setiap materi dan praktik yang diberikan.



Saat Menghadapi situasi yang butuh Pertolongan Pertama, 3 Hal atau penilaian yang harus kita lakukan antara lain:



1. Melakuan penilaian terhadap lingkungan sekitar, bertujuan untuk memperoleh gambaran umum kejadian yang sedang dihadapi seperti kondisi lokasi kejadian,kemungkinan apa yang akan terjadi sudah aman atau belum.

2. Penilaian Dini  terhadap kondisi korban, apakah korban trauma atau medis, pemerikasaan respon sadar atau tidak.

3. Setelah itu, lakukan langkah pertolongan pertama sambil meminta orang disekitar mencari bantuan ke tenaga medis atau kepolisian. Lakukan Langkah-langkah pertolongan pertama seperti kendalikan pendarahan, lakukan compresi jantung jika nadi tak teraba, memastikan jalan nafas terbuka, lakukan bantuan nafas.

Setelah pertolongan pertama dilakukan, selanjutnya adalah tugas paramedis dan kepolisian.

Itulah bagian-bagian latihan yang diberikan saat diseminasi. Seelepas dua hari diseminasi, kami mendapat banyak wawasan baru dan kesadaran kemanusiaan, mengasah empati. Dan kerennya lagi Saya sudah bisa menyandang predikat sebagai tenaga sukarelawan bersertifikat yang terlatih dan siap melakukan kerja kemanusiaan, kapan dan dimana pun tanpa pandang bulu dan tanpa pamrih menolong siapa saja. Itulah spirit Palang Merah, dan Jayalah Palang Merah Indonesia, dirgahayu ke 71 tahun. Terimakasih bagi para Pemateri dan Pelatih yang sudah berbagi pengetahuan dan skill dengan tulus.
Simulasi CRP/RJP 
Mas Rusli menunjukkan cara merawat Korban Patang Tulang




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yoehan Busana Merambah Bisnis Pakaian Segala Usia dan Lapisan Sosial

Perbedaan Artikel, Opini, Feature dan Esai

Dua Kodi Kartika: 4 Kunci Sukses Ika Kartika, Owner Keke Busana Muslim