Dodi Rustandi a.k.a STIFInMan : Kenali Potensi Diri menuju Sukses-Mulia



Dodi Rustandi, STIFInMan

Ini kisah saya, STIFInMan…..

Beberapa tahun yang lalu, di Hotel Ciputra, Jakarta Barat,  saya mengikuti salah satu seminar  Bong Chandra, seorang pembicara, Motivator sekaligus pengusaha properti  yang sukses.  Seminar itu telah mengubah mindset dan kehidupan saya 180 derajat. Bagaimana tidak, saat saya mengikuti seminar tersebut, saya bukanlah siapa-siapa, bahkan untuk mengikuti seminar itu saya hanya bermodal  ‘gratisan’. Namun sekarang, saya sudah bisa menjadi pembicara seminar seperti yang Bong Chandra lakukan.

Saya ingat betul kala Bong Chandra berkata,  Tiba-tiba saya merasakan Dejavu. Dahulu saya duduk di kursi peserta, dan sekarang berada di depan sebagai pembicara”.  seperti sebuah kalimat ‘magic’ yang melecut diri saya kala itu,  akhirnya ada sebuah ‘burning desire’ , bahwa kelak saya akan seperti dia, “suatu hari nanti saya akan berkata hal yang sama, menjadi seorang pembicara, Gumam saya waktu itu.  Dan benar saja, moment itu benar-benar terjadi..! sungguh ajaib, kini saya pun mendapat kesempatan untuk tampil menjadi pembicara dalam berbagai seminar  di berbagai daerah.

Setelah merenung dan mendalami pencapain hidup ini, saya menyimpulkan bahwa kejadian ini bukan by accident (simsalabim) tapi by design (Terpola). Terkait dengan hal ini saya sepakat dengan apa yang pernah disampaikan mas Jaya YEA bahwa sukses itu berpola dan untuk gagalnya juga sama, berpola.  Pola seperti apa yang saya terapkan, akan saya ceritakan.

Bagi saya, hal tersebut diadaptasi menjadi,  Maju karena berpola, stagnan dan mundur juga berpola. Status diri saya bergeser dari sekedar peserta seminar (nothing),  menjadi seorang pembicara.  (something).  From zero to hero atau sering saya katakan dalam seminar saya, from Katro to maestro, hehehe.  Momen ini telah merubah kualitas kehidupan saya, sesuatu yang sangat saya syukuri.

Dari pengamatan saya, ada sebuah hal sederhana yang saya temukan hingga saya menyadari kenapa saya maju. Fokus pada tujuan adalah kuncinya.  Seperti yang dituliskan oleh DR Wayne W Dyer, dalam bukunya berjudul The power of Intention, kekuatan sebuah Niat atau tujuan awal, Goal Setting. Niat atau tujuan adalah pemandu untuk mencapai cita-cita.  Satu-satunya Niat saya mengikuti seminar adalah agar saya bisa menjadi seorang pembicara suksesMulia.

Kehidupan yang saya jalani kemudian, secara sadar telah saya setting dari awal, telah saya niatkan sejak dini bukan mengalir apa adanya. Namun rangkaian pola yang teratur dan terkontrol.  Jika pola itu tidak saya lakukan, maka kemungkinan saya tidak akan menjadi siapa-siapa.

Tujuan yang jelas akan menhasilkan rencana yang  jelas.  Orang bijak mengatakan ‘jika anda gagal merencanakan maka anda merencanakan untuk gagal’. Membuat rencana hidup juga membuat kita akan bertumbuh dengan langkah-langkah yang jelas dan terukur. Berbeda dengan pola hidup yang mengalir apa adanya, mereka laksana ikan mati’yang akan terbawa arus sungai, lain halnya dengan ikan hidup, mampu melawan arus deras sekalipun.
from Katro to Maestro

Fokus adalah sebuah Energi

Setelah Goal setting dibuat, maka langkah selanjutnya adalah Fokus. Ada sebuah kalimat yang sering kali saya dengar,kalimatnya begini: bahwa pekerjaan yang baik itu adalah yang kontinyu atau kesinambungan. Saya sepakat dengan pernyataan tersebut. Membangun sebuah peradaban memerlukan kesinambungan. Berbagai element  Pekerjaan yang berkesinambungan hanya bisa dilakukan jika kita fokus terhadap apa yang dilakukan. Fokus menjadi kata kunci disini. Dalam hidup yang singkat ini, kesempatan kita memberikan yang terbaik dalam mengisi kehidupan hanyalah dengan fokus terhadap satu hal yang akan dioptimalkan. Jika kita gagal fokus maka waktu yang ada akan tidak optimal kita gunakan. Fokuslah dengan kekuatan kita saja, jangan terhadap kelemahan. Jika kita fokus terhadap kelemahan maka kita akan semakin lemah. Oleh karena itu, fokuslah terhadap kekuatan diri kita masing-masing. Bagaimana agar fokus yang dilakukan tidak keliru, mulailah dengan menemukan potensi terbaik diri kita masing-masing.

Identifikasi Potensi Terbaik

Mengidentifikasi potensi terbaik kita bisa merujuk kepada potensial genetik yang ada dalam diri kita. Sesuatu yang permanent kita miliki. Sehingga mampu menjadi pondasi yang kokoh untuk pijakan fokus. Potensi terbaik itu merupakan kekuatan yang dimiliki. Dan kekuatan itu bertumpu pada mesin kecerdasan setiap orang.  Agar lebih mudah memahami bagaimana untuk fokus pada kekuatan, maka kita bisa mengacu pada Mesin Kecerdasan kita masing-masing.

Pribadi-pribadi yang fokus terhadap potensi yang dimiliki sebagaimana yang terangkum dalam Mesin Kecerdasannya masing-masing merupakan pribadi pengkokoh peradaban SuksesMulia. Dengan kata lain, bahwa peradaban SuksesMulia dibangun oleh orang-orang yang fokus terhadap mesin kecerdasannya masing-masing. Fokus adalah kebutuhan mutlak untuk mampu menuntaskan apa yang sudah kita mulai, apapun itu. Tanpa fokus, apa yang dikerjakan tak akan berkesinambungan.

Ibarat seorang penyanyi yang menyanyikan sebuah lagu. Menjadi semakin bisa dinikmati lagu tersebut, apabila sang penyanyi fokus dengan lagu yang dinyanyikan. Lirik lagu yang disenandungkan menjadi satu kesatuan yang utuh. Ekspresi wajah mampu disesuaikan dengan irama lagu. Gerakan tubuhpun mengikuti alunan musik yang mengumandang. Coba kita bayangkan jika sang penyanyi tidak fokus saat menyanyikan sebuah lagu. Bisa jadi lagu yang dinyanyikan tidak sesuai  nada dan lirik. Lagunya pop namun ekspresinya ngerock. Goyangannya dangdut padahal lagunya ngerock. Makin ga nyambung kan ?

Fokus membuat apa yang kita lakukan menjadi berkesinambungan dan memiliki arah. Jika kita tidak melakukannya maka tersesat adalah sebuah konsekwensi yang mesti kita hadapi. Janganlah membuang waktu percuma dengan kehilangan arah dan tujuan karena tidak fokus terhadap apa yang dilakukan. Fokuslah terhadap mesin kecerdasan untuk menjadi pengkokoh gerakan kita menuju terwujudnya peradaban SuksesMulia.

Apa itu Mesin Kecerdasan?

Konsep STIFIn yang ditemukan oleh Bapak Farid Poniman memiliki perbedaan dengan konsep lain dalam menentukan dominasi otak dan kecerdasan. Konsep yang lain menggunakan pendekatan mengukur kapasitas perangkat keras otak. Menurut konsep tersebut jika terdapat belahan otak yang memiliki kapasitas paling besar maka belahan itu dianggap sebagai belahan otak yang dominan.Sedangkan menurut konsep STIFIn bukan yang memiliki kapasitas paling besar yang dianggap dominan melainkan yang kerap digunakan, paling aktif berfungsi, paling otomatis digunakan, dan menjadi bawah sadar manusia.Konsep STIFIn menyebutnya sebagai sistem operasi otak. Diantara lima belahan otak terdapat satu belahan yang berperan sebagai sistem operasi otak. Ada kalanya belahan otak yang berfungsi sebagai sistem operasi juga sekaligus memiliki kapasitas paling besar.Namun tidak selalu begitu. Jika konsep kecerdasan berdasarkan pada sistem operasi otak akan lebih selamat karena akan menemukan jalan hidup yang GUE BANGET.

Otak dalam kepala bekerja secara komprehensif. Kelima belahan otak bekerja secara bersamaan dan harmonis.Harmoni kebersamaan seluruh komponen otak dipimpin oleh sistem operasi otak yang berperan secara aktif sebagai pemimpin. Ketika salah satu belahan otak berperan sebagai pemimpin dan aktif maka belahan otak lainnya akan berperan sebagai kabinet eksekutif yang pasif karena hanya akan bekerja setelah diperintah pemimpin. Meskipun kabinet eksekutif dari belahan otak yang lainbekerja namun pengambilan keputusan akhir tetap dilakukan oleh belahan otak yang berperan sebagai pemimpin yang aktif. Begitulah cara kerja sistem operasi otak, sebagai pemimpin harmoni kebersamaan.

Setelah dilakukan riset sekian lama, kini konsep STIFIn sudah sangat kokoh.Kekuatan utamanya terletak pada konsep yang simple, akurat, serta aplikatif. Dari miliaran manusia oleh STIFIn dikelompokkan hanya dalam lima mesin kecerdasan. Anda tidak perlu pusing dengan pengelompokkan manusia dalam banyak kotak.Lima mesin kecerdasan tersebut sudah mencakup seluruh jenis kecerdasan yang ada yang dimiliki manusia dimuka bumi ini. Bahkan andaikan alien itu memang ada bisa dimasukkan pada satu diantara lima mesin kecerdasan. Jika dilihat dari bentuk kepalanya berdasarkan foto yang umum dipercayai sebagai makhluk luar angkasa alien lebih menyerupai mesin kecerdasan Intuiting.

Berbeda dengan konsep yang lain, STIFIn menggunakan sistem operasi yang berbicara tentang jenis watak kecerdasan. Tiap jenis kecerdasan punya wataknya masing-masing. Jenis watak kecerdasan itulah yang kemudian disebut sebagai mesin kecerdasan. Jadi STIFIn memetakan otak bukan berdasarkan belahan otak yang paling besar volumenya melainkan berdasarkan belahan otak yang paling kerap digunakan. Itulah yang disebut sebagai sistem operasi. Membagi otak berdasarkan belahan otak yang berperan sebagai sistem operasi inilah yang membuat STIFIn akurat. Dalam sistem operasi tidak ada wilayah abu-abu. Setiap jenis kecerdasan –seaneh apapun itu dapat digolongkan kedalam salah satu diantara lima mesin kecerdasan yang ada dengan garis pemisah yang tegas.

Tuhan memberi resep kepada manusia untuk bersyukur dengan ilmu yang betul. Apabila ilmu yang dipakai salah atau kurang tepat, maka tujuannya tidak akan tercapai. Setidak-tidaknya jalan menuju peradaban SuksesMulia akan panjang dan penuh kelokan. Jadi pakailah ilmu yang benar untuk menemukan karpet merah Anda yakni jalan yang tepat, cepat, murah, dan menyenangkan. Semua manusia dalam keadaan apapun memiliki jalan suksesnya masing-masing semudah dan semeriah menjalani karpet merahnya. Itulah surga dunianya. Ibnu Taimiyah berkata, “barang siapa tidak menemukan surga dunianya maka ia tidak akan memasuki surga akhiratNya.” Konsep STIFIn diniatkan sebagai amal kifayah untuk memudahkan manusia menemukan jalan SuksesMulianya.

Sekarang mari kita bahas satu persatu mesin kecerdasan yang menjadi karpet merah Anda :

o   Sensing

Sesuai dengan namanya Sensing –yang berasal dari kata Sense, merupakan kecerdasan inderawi. Kecerdasan Sensing mengandalkan panca inderanya sehingga orang Sensing cenderung praktis, konkrit, dan jangka pendek sesuai dengan jangkauan panca inderanya. Manusia memiliki lima panca indera. Jika ada satu-dua hal berkumpul maka salah satunya harus diangkat menjadi pemimpin. Dari kelima panca indera tersebut, yang diangkat menjadi pemimpinnya adalah mata. Orang Sensing yang memiliki kecerdasan inderawi melihat segala sesuatu melalui matanya, sesuai dengan apa yang terlihat. Oleh karenanya, orang Sensing memerlukan bukti nyata yang terlihat oleh matanya.

Sensing merupakan mesin kecerdasan yang kuat ingatannya. Secara detail ia ingat kejadian yang pernah dialaminya. Ia seorang yang suka mencontoh atau meniru. Seperti halnya kamera yang menangkap obyek tertentu maka gambar yang muncul dilayar kamera tersebut pun sama dengan obyek yang ditangkap. Oleh karena itu, orang Sensing sangat rentan terbawa lingkungan. Jika ia berada dilingkungan yang baik dengan cepat ia menjadi baik pula. Begitu juga sebaliknya.Kenapa bisa begitu? Sesuai teori Pavlov tentang rangsangan dan hambatan, tipe Sensing memiliki eksitasi tinggi dan inhibisi rendah.Artinya dirangsang dari luar (eksitasi) mudah dan tidak punya halangan (inhibisi) dari dalam dirinya untuk beraksi. Itulah kenapa tipe Sensing mudah dibentuk, rajin, serta berstamina.

Sensing adalah mesin kecerdasan yang pola berpikirnya terangkai satu demi satu.Semua berurut atau sesuai urutan.Semua hal harus sesuai Standard Operational Procedure (S.O.P) –tidak bisa asal jalan. Dalam berbisnispun orang Sensing cenderung demikian. Menurut dia harus sesuai urutan. Mesti ada modalnya dulu, perlengkapannya dulu, detail produknya dulu, strategi pemasaran, dan lain sebagainya. Sensing butuh kepastian terlebih dahulu.Harus pasti keuntungannya, pasti hasilnya, dan kepastian-kepastian lainnya.

Sensing, tahan banting tapi manja. Tipe sensing jika berjerih payah mengeluarkan keringat hingga banting tulang sekalipun maka rasa penat dan rasa sakitnyapun cenderung berhenti diurusan fisik semata. Tidak sampai dibawa keurusan psikis atau hati.Namun dibalik kekuatan banting tulangnya ini tipe Sensing merasa perlu didukung orang lain. Ia membutuhkan seperangkat sumber daya dan dukungan konkrit untuk mudah menjalankan tugasnya. Pada bagian inilah orang Sensing kelihatan manja dan kurang mandiri.

Ringkasan kepribadian tipe Sensing ialah ‘buktikan!”, teliti, perhatikan detail, menuntut bukti, rajin, pikiran terangkai, mendapatkan hasil, membutuhkan kepastian, suka mencontoh, suka non fiksi, dan ingatan kuat.

o   Thinking

Thinking sesuai dengan asal katanya yaitu Think memiliki kecerdasan berpikir. Orang yang memiliki mesin kecerdasan Thinking mengandalkan pikiran logis dimana membuat ia cenderung adil, obyektif, dan efektif. Tipe Thinking adalah mesin profit yang mahir tapi suka terjebak pada hal-hal sepele. Alasan kenapa tipe Thinking bisa diandalkan menjadi pencari keuntungan karena kemandirian dan sistematikanya dalam bekerja. Namun ketika ada tuntutan untuk berpikir besar, tipe Thinking malah menghabiskan energinya pada hal-hal kecil yang remeh-temeh, tidak esensial, teknis. Padahal seharusnya ia bicara hal strategis.

Ringkasan kepribadian tipe Thinking yang paling menonjol yaitu “pikirkan!”, logis-rasional, kurang peka, dingin, jaga jarak, tanya data, kritis, tegas tuntut hak, dan maskulin. Apabila memakai teori Pavlov, maka tipe Thinking memiliki eksitasi rendah dan inhibisi tinggi. Susah dirangsang dan pada saat yang sama punya halangan dari dalam yang besar. Orang dengan tipe Thinking sulit digerakkan dan sulit bergerak sendiri. Kira-kira bisa disebut sebagai orang yang super defensive. Inisiatif dan kemandiriannya datang dari pikirannya, tetapi berhitung untuk beraksi. Meski super defensif namun bertangan dingin karena yang bekerja bukan ototnya tetapi kepalanya.

o   Intuiting

Berikutnya adalah mesin kecerdasan Intuiting.Sesuai dengan asal katanya yaitu intuition, intuiting memiliki kecerdasan indera keenam.Ia mengandalkan indera keenamnya dalam mengambil keputusan yang berarti jauh terproyeksi kedepan, menjadikannya orang yang sangat optimistis, jangka panjang, dan terkonsep.

Tipe Intuiting adalah reformis atau pembaharu tapi kurang sadar musuh. Intuiting memiliki jiwa pengusaha dan menyukai perubahan. Karena itu ia selalu melihat peluang untuk melakukan perubahan dan mengimplementasikan konsepnya. Namun terkadang apa yang akan direformasi selangkah lebih cepat dari jamannya atau keinginan banyak pihak. Hal ini membuat orang intuiting sudah melangkah jauh kedepan. Sementara orang lain tertinggal dibelakang. Tipe Intuiting tidak memiliki interes untuk membangun platform. Baginya yang penting adalah memperjuangkan ide. Menurutnya ide adalah jalan terbaik untuk melangkah. Hal inilah yang membuat ia tidak sadar bahwa orang lain yang tidak terbawa atau tidak bisa mengikuti kecepatannya menjadi musuhnya. Mereka cenderung memiliki musuh bukan yang datang dari samping melainkan datang dari bawah karena arus bawah tidak suka dengan tipe Intuiting yang terlalu bersifat vertikal.

Adapun karakteristik sehari-hari yang ditampilkan tipe Intuiting adalah “bayangkan!”, gambaran besar, kreatif-unik, abstrak-teoritis, orientasi masa depan, pola beragam, analogi dan metafora, suka alternatif, suka cerita fiksi, fokus pada hal besar dan strategis. Sementara untuk eksitasi dan inhibisinya sama-sama rendah. Artinya orang dengan mesin kecerdasan Intuiting susah dirangsang tapi tidak memiliki halangan dari dalam dirinya untuk beraksi. Dengan demikian tipe Intuiting ini hanya akan maju jika punya dorongan dari dalam. Misalnya ia punya mimpi. Apabila sudah terdorong dari dalam maka tidak ada hambatan baginya untuk menjalankan programnya.



o   Feeling

Mungkin ada yang bisa menebak dari nama mesin kecerdasan yang satu ini kecerdasan apa yang ia miliki. Ya, benar. Kecerdasan perasaan, sesuai dengan asal katanya yaitu Feel. Kecerdasan Feeling selalu merujuk kepada perasaannya yang membuat orang dengan mesin kecerdasan Feeling memiliki tenggang rasa, bijak, dan memimpin.

Jika Anda bermesin kecerdasan Feeling maka Anda adalah orang yang memiliki visi jauh kedepan tapi mudah menyerah. Tipe Feeling layaknya seorang ideology, pemimpin yang visioner, berani menghadapi arus yang melawannya. Namun sayang, kegigihannya seperti hangat-hangat tahi ayam –naik turun mengikuti mood-nya.Ketika ketidakstabilannya itu terbaca oleh lingkungannya muncullah resistensi. Jika resistensi itu berlanjut pada skala yang lebih besar apalagi jika ditambah persoalan-persoalan lain yang bersifat teknis dan non teknis, membuat ia cepat menyerah.

Adapun profil keseharian Feeling yaitu “rasakan…” main hati, berorientasi pada orang, mengukur perasaan, hangat dan ramah, empatik dan simpatik, mudah tersinggung, suka ngobrol, meyakinkan, lembut dan penyayang.

Jika memakai teori Pavlov, tipe Feeling sama-sama memiliki ekstitasi dan inhibisi tinggi. Mudah dirangsang dari luar tetapi hambatan dari dalamnya juga besar terutama datang dari suasana hatinya yang cepat berubah-ubah. Sehingga tidak mudah beraksi. Akibatnya tipe Feeling ini lebih mudah jika memanfaatkan potensi yang lain yaitu menebarkan cinta.



o   Insting

Insting memiliki kecerdasan indera ketujuh. Mesin kecerdasan Insting selalu merujuk pada indera ketujuh jika akan mengambil keputusan. Menjadikannya orang yang spontan, pragmatis, dan rela berkorban. Inilah kecerdasan yang serba bisa tapi pada saat yang sama juga serba setengah. Tipe Insting bisa membaur, beradaptasi, atau menyerupai tipe-tipe yang lain. Bisa dikatakan, ini tipe bunglon dalam pengertian positif. Apapun lingkungannya dia bisa segera melebur, bergabung, dan beraktifitas.

Tipe Insting ini memiliki eksistensi sendiri yang berbeda dari keempat mesin kecerdasan lainnya. Dengan ciri utamanya serba bisa tapi sekaligus serba tanggung. Keunggulan utama Insting yang tidak dimiliki keempat mesin kecerdasan lainnya ialah kesediaan berkorban yang luar biasa. Inilah Insting sang juru damai.

Adapun gambaran kesehariannya ialah “ayo cepat!”, spontan, naluri, senang terlibat, pragmatis, generalis, menolong, to the point, temannya banyak, mudah adaptasi, traumatic, dan pendamai.

Bagaimana hubungan antara pengenalan potensi terbaik dengan kehidupan SuksesMulia? Sukses mulia ialah merujuk pada sebuah value of life .  Orang yang sukses belum tentu mulia, karena sukses ukurannya adalah hal duniawi semata sedangkan mulia / kemuliaan adalah nilai yang bersifat Ilahiah (Divine).  Sukses untuk diri sendiri, itu biasa, namun jika sukses kemudian mensukseskan orang lain atau mengajak dan menjadikan orang lain   sukses adalah sikap mulia. 

Sukses & Mulia adalah tujuan peradaban yang kita idam-idamkan.  Orang-orang yang membangun sebuah peradaban adalah orang-orang yang memiliki energinya masing-masing lalu melakukan sebuah hal yang maha dahsyat yaitu SINERGI atau bergabung dan bekerjasama. Dengan kita memahami Mesin Kecerdasan kita masing-masing maka sinergi yang dilakukan akan jauh lebih optimal. Model Trial and Error harus dihindari. Caranya dengan FOKUS pada mesin kecerdasan masing-masing, maka kita bukan sinergi dengan pondasi kelemahan, melainkan menggunakan pondasi kokoh yaitu kekuatan terbaik. Bayangkan jika setiap pelaku pengusung peradaban SuksesMulia menjadikan Mesin Kecerdasannya masing-masing sebagai landasan fokus untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang SuksesMulia. Maka  peranan dari setiap orang akan sangat maksimal.

Maka benarlah firman Allah dalam Surah  Hud ayat 121 berbunyi ‘I’malu ala makanatiku inna amilun’ artinya berbuat atau bekerjalah sesuai dengan kemampuan terbaikmu. Kemampuan terbaik seseorang adalah mesin kecerdasannya.  Focus pada satu mesin kecerdasan kita akan menghasilkan kemampuan terbaik.  Sementara itu,  jika masing-masing orang yang memiliki kemampuan terbaik di bidangnya berkumpul dalam sebuah wilayah dan komunitas tertentu, maka itulah yang disebut peradaban SuksesMulia.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yoehan Busana Merambah Bisnis Pakaian Segala Usia dan Lapisan Sosial

Perbedaan Artikel, Opini, Feature dan Esai

Dua Kodi Kartika: 4 Kunci Sukses Ika Kartika, Owner Keke Busana Muslim