FAAPPMI : Memajukan Pertanian Berkelanjutan Wujudkan Hak atas Pangan




Narasumber Media Talk Oxfam bersama FAAPPMI (foto dok : PPMI)


"Bukan lautan hanya kolam susu, kail dan jala cukup menghidupimu
Tiada badai tiada topan kau temui
ikan dan udang menghampiri dirimu
orang bilang tanah kita tanah surga
tongkat kayu dan batu jadi tanaman,"

Itulah lirik lagu Koes Plus yang pernah hits di tahun 70 an. Lagu yang mengggambarkan betapa tanah Indonesia begitu subur dan kekayaan alamnya yang berlimpah. Apakah keadaan itu masih relevan dengan Indonesia saat ini? Coba kita lihat data dan fakta yang dirilis oleh Forum Alumni Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (FAAPPMI), menyebutkan bahwa "Jumlah penduduk miskin di negeri yang berpenduduk 257,6 juta (pada tahun 2015) saat ini masih mencapai 10,86 persen. Sedangkan menurut MDG Report tahun 2014, terdapat 17,39 persen masyarakat Indonesia yang hidup dengan kondisi sangat rawan pangan. Indikator yang digunakan adalah proporsi penduduk dengan asupan kalori kurang dari 1.400 kkal/orang/hari.

Sementara itu, Data Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan sekitar 20 juta rakyat Indonesia mengalami Kelaparan setiap harinya.  

Ironis, pasalnya Indonesia merupakan salah satu negara agraris ~produsen beras terbesar ketiga di dunia setelah China dan India. Memiliki keanekaragaman hayati terbesar nomor dua di dunia setelah Brazil, ada 800 species tumbuhan pangan, 1000 species tumbuhan medisinal dan ribuan species microalgae. Dengan begini, Seharusnya Indonesia bisa berperan lebih banyak dalam memberikan solusi pangan baik dalam negeri maupun dunia, bukan sekedar sebagai negara importir kebutuhan pokok misalnya beras, kedelai, gula, garam dan daging sapi bahkan cangkul pun impor. Indonesia memenuhi semua persyaratan untuk itu seperti luas wilayah yang bisa dijadikan lahan pertanian, letak geografis yang di wilayah tropis serta memiliki kearifan lokal dalam bertani yang telah turun temurun ada. 

Ada beberapa sebab kenapa permasalahan itu terjadi salah satunya adalah politik pangan yang belum berpihak kepada rakyat, mengakibatkan terganggunya ketahanan pangan pada akhirnya mengancam kedaulatan pangan kita. Ini harus segera menjadi konsen bersama terutama pada pemangku kepentingan dalam hal ini pemerintah untuk segera membuat kebijakan strategis pertanian ke depannya, mengakhiri kemiskinan dan kelaparan melalui pertanian Berkelanjutan", sesuai agenda PBB yang dituangkan dalam program Suistainable Development Goals (SDGs). 

Itulah beberapa poin yang dibahas pada kegiatan Media talk yang diselenggarakan oleh Forum Alumni Pers Mahasiswa Indonesia (FAA PPMI) bersama OXFAM di  Hotel Ibis Tamarine, Jl.KH. Wahid Hasyim No.77 Menteng Jakarta Pusat, Minggu (30/10/2016).

Diskusi Terpumpun ini mengangkat tema "Memajukan Pertanian Berkelanjutan untuk wujudkan Hak Atas Pangan" ini menghadirkan 4 narasumber antara lain Tjuk Eko Hadi selaku Kepala Pusat Ketersediaan Kerawanan Pangan Kementerian Pertanian RI, Noor Advianto dari direktorat Pangan Pertanian Bappenas, Dini widiastuti selaku Direktur Keadilan Ekonomi Oxfam Indonesia, Khudori selaku Pengamat ekonomi politik Pertanian serta bintang tamu, Dea Ananda.

Sejatinya Indonesia memiliki kearifan lokal tentang budaya dan budidaya pertanian yang sudah lama dimiliki masyarakat Indonesia secara turun temurun, yang bisa kita pelajari dan gunakan kembali salah satunya yang disebut dengan "Pranoto Mongso" seperti yang disampaikan oleh salah satu pemateri, Pak Tjuk Eko Hadi. 

Pranotomo mongso berasal dari dua kata yakni pranata artinya tata cara dan mongso artinya musim. Semacam penanggalan jawa yang dikaitkan dengan ketentuan musim, kapan mulai bercocok tanam atau penangkapan ikan dilakukan.

Ribuan tahun lalu nenek moyang kita telah mengenal dan menghafal pola musim,iklim dan fenomena alam lainnya kemudian membuat kalender tahunan yang tidak didasarkan pada kalender syamsiah (Masehi) atau komarian (hijriah) tetapi berdasarkan kejadian-kejadian alam seperti musim penghujan, kemarau, musim berbunga, letak bintang dan pengaruh bulan purnama atas pasang surutnya air laut.

Namun menurut Pak Tjuk, ketentuan itu mulai ditinggalkan dan tidak bisa dipakai lagi karena beberapa hal salah satunya karena langit tempat melihat bintang sudah yang tertutup polusi udara.  Sehingga bukan hanya faktor perubahan iklim semata. 

Pak Tjuk menyimpulkan bahwa sejatinya Indonesia dengan segala potensi pertaniannya mampu memberi makan pada 2 Milyar penduduk dunia jika saja bisa mengelolah dengan baik pertaniannya. Sinar matahari yang melimpah sebagai sumber energi yang bisa memproduksi makanan bahkan untuk 1 trilyun orang. Oleh karena itu, menurutnya pangan jangan dipersempit pada soal tanaman tertentu saja misalnya padi atau jagung saja. Kemudian tanaman bukan sekedar penghasil  pangan semata tapi juga bisa berfungsi lain sebagai penghasil oksigen.
Ia juga mengatakan agar petani sudah harur memulai memamfaatkan penggunaan rekayasa genetik misalnya  Mikroorganisme dalam produksi pangan sebagaimana yang telah dilakukan di negara-negara maju seperti Jepang.

Lain halnya dengan pak Khudori pemateri selanjutnya yang memaparkan tentang pendekatan ekoregion dalam membangun pertanian berkelanjutan. Menurutnya, praktik ini (ekoregion) sudah pernah dilakukan jaman Belanda dulu yang terbukti efektif. 

Ekoregion adalah pendekatan sesuai kondisi dan kebutuhan regional akan pangan bukan sekedar pendekatan berdasarkan komoditas. Pemerintah daerah harus menerapkan zonasi atau pemetaan agroekologi lahan pertanian sesuai karakteristik wilayah. Ada 3 pilar dalam ekoregion yakni;ekonomi, ekologis dan sosial. Setiap daerah memiliki kekhasan masing-masing. Contohnya, NTB dan NTT lebih cocok ditanami sorgum dan Jagung.

Dengan demikian, akan mengurangi ketergantungan pulau lain pada pangan yang berasal dari pulau Jawa. Saat ini, ketergantungan produksi aneka pangan pokok di Jawa terjadi pada komoditas padi, jagung, kedelai, dan gula. 

“Meski belum sempurna, prinsip-prinsip ekoregion sudah diterapkan dalam sistem perencanaan penggunaan lahan pertanian, seperti pemetaan kesesuaian lahan, pemetaan zona agroekologi, dan zonasi lahan rawa. Namun, dalam praktik penggunaan lahan justru mengingkari prinsip ekoregion,” kata Pak Khudori

Lebih lanjut Ibu Dini Widiastuti menambahkan bahwa masalah pertanian bukan sekedar berkurangnya luasan lahan pertanian namun juga karena adanya hambatan atas akses sumber lain misalnya pupuk, kredit, peralatan, dan kapasitas atau tehnik bertani. Oleh karenanya, Ia menyaranakan untuk saatnya meningkatkan peran produsen pangan skala kecil  khususnya para kaum perempuan dengan cara melibatkan mereka sebagai produsen pangan dan memberikan pelatihan.

"Pertanian berkelanjutan menjadi salah satu dimensi penting yang ditegaskan secara eksplisit dalam tujuan SDGs No.2 : mengakhiri kelaparan," kata Dini Widiastuti.

Berikut Hak warga atas Pangan  yang dijamin oleh Negara :

1.    Setiap warga negara berhak terpenuhi kebutuhan dan pelayan dasarnya (pasal 28 UUD 1945)
2.   Fakir miskin dan anak-anak terlantar mendapatkan pemenuhan kebutuhan dasar (Pasal 27 UUD 1945)
3.    Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan tingkat nasional, daerah dan perseorangan (UU Pangan).




Kemudian, Inilah poin-poin dari Suistainable Development Goals (SDGs) kelanjutan dari MDGs (Millenium Development Goals) yang dicanangkan oleh PBB :
1. Tanpa Kemiskinan
Tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru dunia.
2. Tanpa Kelaparan
Tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan nutrisi, serta mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.
3. Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan
Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala umur.
4. Pendidikan Berkualitas
Menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas dan meningkatkan kesempatan belajar untuk semua orang, menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang.
5. Kesetaraan Gender
Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu dan perempuan.
6. Air Bersih dan Sanitasi
Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua orang.
7. Energi Bersih dan Terjangkau
Menjamin akses terhadap sumber energi yang terjangkau, terpercaya, berkelanjutan dan modern untuk semua orang.
8. Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak
Mendukung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, lapangan kerja yang penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua orang.
9. Industri, Inovasi dan Infrastruktur
Membangun infrastruktur yang berkualitas, mendorong peningkatan industri yang inklusif dan berkelanjutan serta mendorong inovasi.
10. Mengurangi Kesenjangan
Mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam sebuah negara maupun di antara negara-negara di dunia.
11. Keberlanjutan Kota dan Komunitas
Membangun kota-kota serta pemukiman yang inklusif, berkualitas, aman, berketahanan dan bekelanjutan.
12. Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab
Menjamin keberlangsungan konsumsi dan pola produksi.
13. Aksi Terhadap Iklim
Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya.
14. Kehidupan Bawah Laut
Melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan kehidupan sumber daya laut untuk perkembangan pembangunan yang berkelanjutan.
15. Kehidupan di Darat
Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan keberlangsungan pemakaian ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati.
16. Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian
Meningkatkan perdamaian termasuk masyarakat untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses untuk keadilan bagi semua orang termasuk lembaga dan bertanggung jawab untuk seluruh kalangan, serta membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh tingkatan.
17. Kemitraan untuk Mencapai Tujuan
Memperkuat implementasi dan menghidupkan kembali kemitraan global untuk pembangunan yang berkelanjutan




Komentar

  1. Yuk kita sebagai blogger ikut partisipasi dengan kapasitas kita dalam upaya ketahanan pangan

    BalasHapus
  2. Oke teh ani...berperan dengan apa yg bisa kita kontribusikan

    BalasHapus
  3. Petani itu food hero, lho. Kita dukung kesejahteraan petani Indonesia

    BalasHapus
  4. Keren reviewnya.... mudah dimengerti

    BalasHapus
  5. Makasih kak sonta...salam kenal ya :d

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yoehan Busana Merambah Bisnis Pakaian Segala Usia dan Lapisan Sosial

Perbedaan Artikel, Opini, Feature dan Esai

Dua Kodi Kartika: 4 Kunci Sukses Ika Kartika, Owner Keke Busana Muslim