Ini 2 Tradisi Suku Makassar Yang bisa Berujung Kematian





 
Suku Makassar adalah Salah satu suku besar di Sulawesi Selatan yang tersebar dan banyak menempati sebelah Selatan Pulau Sulawesi.  Suku yang terkenal dengan Tradisi dan nilai-nilai moral dan keberanian sejak dahulu kala. Mereka adalah keturunan pelaut ulung, pembuat Kapal legendaris, yakni kapal Phinisi yang terkenal di dunia.
 
Di Sulawesi Selatan, selain Suku Makassar juga terdapat lagi 2 Suku dominan lainnya yakni Suku Bugis dan Mandar, ketiganya bisa hidup berdampingan secara rukun, saling menjaga  satu sama lain dan masing-masing memegang prinsip hidup dan tradisi. salah satu nilai-nilai atau prinsip suku Bugis-Makassar yang masih bertahan hingga saat ini adalah siri na Pacce (konsep harga diri). Prinsip ini yang melandasi dan mewarnai seluruh aspek kehidupan orang-orang Bugis-Makassar. Barangsiapa yang melanggar prinsip tersebut maka nyawa taruhannya.

2 Tradisi turun temurun yang masih terkait dengan Prinsip Siri na Pacce adalah:

Pertama,  Tradisi sitobo lalang lipa.

Tradisi sitobo lalang lipa (saling menikam di dalam sarung) adalah traidisi berdarah yang terjadi karena adanya pelanggaran prinsip siri na pacce salah satu pihak atas pihak lainnya. Ada salah satu pihak yang menyinggung harga diri pihak atau keluarga lain. Setelah mediasi dan komunikasi kedua belah pihak menemui jalan buntu, maka solusi satu satunya adalah 'duel berdarah'. 

Dua laki-laki mewakili masing-masing pihak keluarga akan memasuki satu helai sarung dengan membawa badik (senjata tajam khas Makassar) kemudian  bergumul-berduel satu lawan satu. siapa yang kuat dan 'sakti' akan menang. bisa berujung kematian. Namun Setelah usai duel ini, masing-masing pihak akan merelakan dan tidak akan menuntut lagi pihak lain.

Meskipun demikian, tradisi sitobo lalang lipa sudah mulai ditinggalkan masyarakat Makassar seiring masuknya nilai-nilai islam dan meningkatnya kualitas pendidikan warga, namun satu yang tidak pernah lekang oleh waktu dan masih dipegang hingga kini oleh banyak masyarakat Bugis Makassar adalah Siri na Pacce, jangan coba kamu singgung !
foto : pacarita on twitter

Kedua, Silariang.

Silariang atau kawin lari atau biasa juga disebut ‘annyala’ terjadi karena salah satu pihak keluarga tidak menyetujui hubungan cinta dua sejoli muda mudi. Ini terjadi karena beberapa alasan, misalnya perbedaan strata sosial, hamil diluar nikah atau mungkin juga uang panai (mahar) nya mahal. 

umumya yang komplain adalah pihak keluarga perempuan, menurut mereka ini adalah aib ( siri) yang harus ditebus dengan darah sekalipun. Pelaku (laki-laki) akan mendapat sanksi adat bisa dengan pengucilan atau bahkan pembunuhan.

Cerita Silariang bukan lagi hal baru karena telah beberapa kali diangkat ke layar kaca maupun layar lebar. yang terbaru adalah Film Silariang, Cinta yang (tak) direstui, karya Ichwan Persada, yang akan tayang di bioskop pada 18 Januari 2018 nanti. 

so, masih banyak tradisi Suku Makassar lainnya selain dua hal di atas, yang lebih masih ada sampai sekarang, saya sebut misalnya, Tradisi Abbulo sibatang, atau konsep gotong royong dan  Mappacci atau bersih-bersih dan lain sebagainya. 

antaranews.com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yoehan Busana Merambah Bisnis Pakaian Segala Usia dan Lapisan Sosial

Perbedaan Artikel, Opini, Feature dan Esai

Dua Kodi Kartika: 4 Kunci Sukses Ika Kartika, Owner Keke Busana Muslim