Post-truth dan Sejarah Munculnya Hoaks dalam Islam
Kita telah memasuki era Post-Truth, masa dimana masyarakat menyerap informasi bukan lagi berdasar
fakta dan kebenaran melainkan karena kepercayaan semata. Rasionalitas tidak
lagi menjadi hal penting. Justru yang dikedepankan adalah faktor emosionalitas.
Post-truth ditandai dengan masifnya penyebaran hoaks ditengah masyarakat.
D’Ancona
di dalam bukunya yang berjudul “Post—Truth:
the new war on truth” menyebutkan bahwa refleksi keadaan manusia sekarang
telah diguncang oleh informasi yang berisi kepalsuan, kebohongan dan kecemasan
total. Ia menambahkan, “post-truth era is
a time in which the art of lie is shaking the very foundations of democracy,”
(D’Ancona, 2017).
Informasi palsu Hoaks
(dibaca hoks) ibarat sebuah virus yang mudah dan cepat menyebar ke tengah masyarakat
melalui media sosials atau siaran (broadcast)
antar individu baik di whatsapp maupun aplikasi pesan lainnya. Dewasa
ini, hoaks atau berita bohong sudah masif menyebar khususnya di Indonesia. Contohnya,
hoaks pemukulan Ratna Sarumpaet seorang aktifis perempuan, dan hoaks kontainer
yang berisi surat suara yang sudah tercoblos dan banyak hoaks lainnya.
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) Hoaks artinya berita bohong sementara dalam Oxford
English Dictionary hoaks adalah Malicious
deception atau kebohongan yang dibuat untuk tujuan jahat.
Menurut Robert Nares (1753-1829) seorang
filolog Inggris dalam bukunya yang berjudul A
Glossary : Or, Collection of words, Phrases, Names and Allusions to Customs yang
terbit tahun 1802 di London menyebutkan hoaks berasal dari kata Hocus yang diambil dari mantra pesulap Hocus
Pocus sejenis ‘sim salabim’ yang artinya penipuan atau kebohongan.
Ahli sejarah
lainnya, Alexander Boese dalam
bukunya ‘Museum of Hoaxes’ mencatat
hoaks pertama kali ditemukan dalam almanak atau kalender palsu yang dibuat oleh
Isaac Bickerstaff alias Jonathan Swift pada 1709.
Sebenarnya Awal
mula hoaks dibuat hanya untuk hiburan, atau bahan joke atau becanda seperti
yang kita kenal dengan April Mops, namun lambat laun menjadi sebuah hal yang
serius untuk tujuan propaganda tertentu.
Sampai-sampai
masyarakat pun mempercayainya sebagai sebuah kebenaran. Ini sesuai dengan yang
pernah dikemukan oleh Pemimpin Nazi Jerman, Hitler yang terkenal dengan teori
Big Lie bahwa "Jika kamu terus mengulang- ulang menyiarkan suatu
kebohongan (hoaks), masyarakat lama-lama akan mempercayainya bahkan kamu
sendiri akan ikut mempercayainya" (Hitler /Joseph Goebbels).
Para ahli
psikologi sepakat mencoba menghubungkan antara Hoaks dengan belahan otak
bernama Amygdala bagian yang berperan
dalam mengolah rasa cemas, rasa takut dan emosi lainnya. Amygdala juga disebut sebagai otak primitif manusia. Ketika informasi
yang masuk tidak cocok dengan kepercayaannya maka informasi tersebut akan
berhenti di bagian amygdala dan orang itu ogah
untuk mencari tahu lebih dalam lagi. Sebaliknya jika informasi tersebut sesuai
dengan keyakinan diri dan kelompoknya meskipun itu hoaks maka akan diterima dan
ditelan bulat-bulat.
Sosiolog dari Universitas
Indonesia, Dr Roby Muhammad dalam sebuah wawancara di sebuah media online (detik.com-Selasa,19
Februari 2019) mengatakan “Isu-isu yang membagikan ketakutan dan harapan akan
men-trigger (memicu) amygdala”. Menurutnya, otak itu semakin ke depan semakin
canggih dan amygdala berfungsi untuk menseleksi informasi yang masuk ke otak,
jika ia tak relevan maka akan ditolak, sebaliknya jika relevan (dengan
kepercayaannya) maka akan diteruskan ke bagian otak lainnya yaitu korteks.
Fenomena hoaks
yang terjadi saat ini sebenarnya pernah terjadi Pada masa Islam awal, sebagaimana
dikisahkan dalam tafsir Ibnu Katsir yang menafsirkan surat An Nuur ayat 11-20
sebagai berikut:
"Suatu
ketika Rasulullah hendak pergi berperang, seperti biasa Beliau mengundi
nama-nama Istri yang akan menemaninya di perjalanan dan selama berada di Medan
perang. Nama Aisyah keluar dalam undian tersebut sehingga ia yang akan menemani
Rasulullah.
Aisyah
pun berangkat menggunakan sekedup atau tandu yang dibawa oleh onta diiringi
oleh beberapa prajurit islam.
Waktu
itu, sudah turun wahyu yang menyuruh istri-istri nabi termasuk Aisyah untuk
menggunakan hijab ketika bertemu dengan orang lain.
Singkat
cerita, ketika usai perang, malam hari Rasulullah memerintahkan seluruh
pasukannya untuk pulang ke Madinah,t ermasuk Aisyah.
Di
tengah perjalanan, seluruh pasukan beristirahat di sebuah tempat. Aisyah baru
menyadari jika kalungnya terlepas atau terputus saat dirinya pergi buang hajat.
Ia pun turun dari Tandu lalu mencari kalungnya yang lepas tadi. Setelah kalungnya ditemukan, Aisyah kembali ke
tempat istirahat namun seluruh pasukan sudah berangkat. Aisyah hanya bisa menunggu
berharap ia akan disusul oleh pasukan lainnya sampai dia tertidur pulas di
bawah pohon.
Tidak
lama kemudian, muncul Shofwan Al Mu'atthal atau biasa dipanggil Az Dzakwan yang
merupakan prajurit yang bertugas untuk menyisir orang-orang yang tertinggal.
Didapatinya
Aisyah tertidur di bawah pohon, melihat sosok yang dia kenal, Shofwan pun
beristirja 'Innalillahi wainnal ilahi rajiun'. Mendengar suara Shofwan, Aisyah
pun terbangun dan bergegas menutup wajahnya dengan hijab.
Shofwan
pun merundukkan ontanya lalu meminta Aisyah naik onta untuk dibawa pulang ke
Madinah. Tidak ada perbincangan sepanjang perjalanan. Sampai di Madinah, Aisyah
sakit selama sebulan, sementara Di Madinah telah berhembus kabar tak sedap yang
menimpa Aisyah. Dia dituduh berzina dengan Shofwan. Kabar ini sengaja dihembuskan
oleh Abdullah bin Ubay, Pemimpin Munafik. Sontak, seluruh penduduk Madinah
heboh dengan isu tersebut, banyak penduduk yang terpengaruh dan mempercayai isu
tersebut termasuk Rasulullah sendiri. Aisyah merasakan perubahan sikap
Rasulullah kepadanya.
Rasulullah
pun mengumpulkan anggota keluarganya yaitu Ali bin Abi Thalib dan Usamah ibnu
Said. Rasul meminta saran kepada mereka untuk menceraikan Aisyah.
Rasulullah
meminta saran dan masukan dari mereka berdua terkait isu yang berkembang yang
melibatkan istri tercinta dan disayanginya, Aisyah Radiallahu Anha.
Keduanya
membela Aisyah sebagai orang baik yang belum tentu berbuat seperti yang
dituduhkan kepadanya.
Tidak
puas dengan saran keduanya, ,Rasulullah mengumpulkan sahabatnya yang lain yakni
para petinggi Suku Auz dan Khazraj. Rasulullah naik podium lalu berkata,
"Hai Kaum
Muslim, Siapakah yang mau menbelaku dari sikap seorang lelaki yang telah
menyakiti diriku melalui istriku.”
Sa'ad
bin Muadz lalu berdiri dan berkata, "Wahai Rasulullah, akulah yang membelamu
terhadap dia. Jika dia dari kalangan (Auz) yang melakukan itu maka akan ku
tebas lehernya begitu pula jika dia dari suku Khazraj.
Kepala
suku Khazraj Sa'ad Ibnu Ubadah pun berdiri, “Wahai Saad kamu dusta, demi Allah
kamu tidak akan membunuhnya dan kamu tidak akan sanggup membunuhnya. Jika dia
berasal dari golonganmu, saya tidak suka ia dibunuh"
Perang
mulut terjadi, kedua suku sudah bersiap siap untuk saling menyerang, padahal
Rasulullah masih berada di atas podium. Rasulullah menenangkan para sahabatnya.
Rasulullah
menemui Aisyah, dan bertanya "Hai
Aisyah, sesungguhnya telah sampai kepadaku berita tentang dirimu yang
menyatakan ini itu,maka jika engkau bersih tentulah Allah akan membersihkanmu,
dan jika kau berbuat dosa maka mohonlah ampun dan bertobatlah kepada Allah,
sesungguhnya Allah penerima Tobat hambanya”.
Aisyah
menjawab, "Aku katakan kepada kalian bahwa sesungguhnya aku bersih dari
berita bohong itu. Dan Allah mengetahui bahwa diriku bersih dari perbuatan
itu”.
Tidak
berapa lama kemudian turun wahyu Allah kepada Nabi Muhammad, Surah An Nuur ayat
11-20, seketika keringat Muhammad mengucur keluar dari pori-pori tubuhnya bak butiran
mutiara padahal waktu itu sedang hujan. Rasulullah tertawa lalu memanggil
Aisyah dan berkata "Bergembiralah hai
Aisyah sesungguhnya Allah telah membersihkan dirimu".
Demikian kisah hoaks
yang pernah menimpa keluarga Rasulullah yang hampir hampir membuat perpecahan
di kalangan masyarakat muslim kala itu. Semoga kita bisa mengambil ibrah atau
pelajaran darinya, yakni :
Pertama,
hoaks bisa menimbulkan perpecahan di masyarakat.
Kedua,
hoaks sengaja dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang untuk tujuan negatif.
Ketiga,
menghindari hoaks dengan melakukan tabayyun (cek & richek) atau verifikasi sebagaimana
dituliskan dalam firman Allah Surah Al Hujurat ayat 6.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ
فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Artinya : Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu. (diolah dari berbagai sumber)
Komentar
Posting Komentar